Sunday 9 October 2011

Racun Sepeda Memang Memabukkan


Kembalinya meluncur terus sampai di rumah Sukaluyu

Jalur Bojong Koneng ke Dago Pakar, Sepeda lebih banyak disorong daripada ditunggang.

Kiri Pendeta penikmat sepeda, kanan seniman lukis penikmat sepeda

Pertigaan di ujung Grogol Baru degan jalan Lingkar Salatiga

Cucu, Hugo Munthe dengan bapaknya

Patung Diponegoro

Patung Sudirman
Di Salatiga tak masalah karena anak punya sepeda. Helem, sarung tangan, penyaring udara, lampu depan belang dibawa. Lancarlah sepedaan tiap hari. Pukul tiga sore hari berangkat dari Nanggulan menuju ring road dekat Tinggkir. Kemudian meluncur ke bawah nyampe lapangan Pancasila. Minum jahe sembari mencari siapa yang sepedaan untuk dijadikan kenalan baru. Nihil seminggu sudah berjalan.

Besok rencana pergi ke Bandung. Jadi, pagi ini dicoba jalur Grogol Baru karena kata temanku tanjakan Grogol Baru mengasikkan. Tembus digiwes dan memang mengasikkan, baru selesai di hotmic lagi. Di simpang empat jalan lingkar kutuntun sepeda untuk menduga arah mana yang harus ditempuh.Ternyata ada penikmat sepeda yang menghampiriku, menegur ramah sekali.. Dan mereka bersedia atas keinginanku bergabung. Jadilah kami gawes bertiga.

Tampaknya kegiatan gowes kenalan baruku adalah turunan lingkar luar ujung ke ujung.. Kucoba mengikuti, ternyata sepedaku goyang. Dan kuberi tanda untuk berhenti pada hal teman yang satunya sudah menghilang dari pandangan mata. Diperiksa, tampaknya ban dan veleg baik saja kiondisinya. Kami lanjutkan gowes namun tidak secepat yang tadi. Ketemu teman yang satunya lagi dan hasil nya adalah goyang bagi ban besar dibanding ban kecil di jalan aspal. Kawanku keduanya memakai sepeda balap.

Disebelah kiri , Pendeta penikmat sepeda. Dan yang kanan Seniman lukis penikmat sepeda.

.Di Bandung sudah seminggu, nafsu ngenjot sepeda naik ke ubun. Mau sewa sepeda Rp 170 000 lebih per hari, memang diantar sepeda ke lokasi penyewa. Rasanya mahalnya tak ketolongan.
Di depan rumah lewat penjaja koran naik sepeda federal cewek. Langsung dihentikan dan uang Rp 25.000 pindah tangan sebagai sewa sepeda sehari.

Sebelumnya saya tanya, gimana jualannya.. Sekarang memang mau pulang sudah habis jualan (pukul 9.00 wib) jawabnya. Lalu besok bagaimana tanyaku dan jawabnya enteng, sekalian olah raga kayak om jalan kaki saja jualanya.
Nah tolong di cuci sepedanya ya. Pintaku. Sabun dan Ember, saya sediakan dan dia cuci bersih. Senangkah dia Rp 25 000 itu atau dia lihat ubun ubun saya sudah lampu kuning? Ah racun sepeda memang memabukkan.


Tenteramlah ubun karena menyorong sepeda jalur Bojong Koneng menuju Dago Pakar. Sepeda cewek yang beratnya aduh hai dibanding sepeda laki merek yang sama. Kemudian meluncur tanpa henti kembali ke Sukaluyu melaui jalur Dago Caringin angkot kota.

No comments:

Post a Comment