Wednesday 4 July 2012

Kembali Setelah Empat Bulan Lebih Gowes di Tanah Karo


Untuk menghemat tenaga, sepeda tidak di gowes sejak dari Ajinembah. Dinaikkan ke angkot dan turun dari angkot sepeda naik ke bus di terminal Kabanjahe menuju Penatapen Dolu tempat dia akan diturunkan seperti empat bulan yang lalu. Hanya kali ini dia diturunkan untuk digowes menuiju Medan. bukan untuk digowes ke Ajinembah.

Sepeda dan penunggangnya telah turun dari bus Sinabung Jaya, dak dik duk juga hati ini. Turunan, sendiri ,ramai kenderaan,  belokan U sambung menyambung.. Memang sering sekali dilalui jalan ini sejak remaja dulu, bisa dibilang hapal di mana suka ada lonsor. Pernah dulu ada yang longsor dan menipa sepasang insan bersama mobilnya. Namun longsor tidak masuk agenda yang ditakutkan kali ini. Cuaca sangat mendukung perjalanan aman dari longsor.
Memang kampas rem dipasang baru tadi di Kabanjahe, stang juga dikencangkan ikakatanya dengan satu putaran pada murnya, karena sedikit bergerak tadinya kalau diangkat. Membawa mobil juga sudah pernah di jalan yang sama, Namun sepeda baru kali ini. Bimbang juga hati memandang kenderaan yang lalu lintas ramai. Sekali lagi, namun sudah diniatkan sejak tiga tahun yang lalu saat dirasakan kenikmatan gowes kala itu.




 Pada kelokan leter U ke tiga, aku hening sejenak sujud menyembah Tuhanku. Hampir titik air mataku, dalam mengucap syukur kepada Tuhan atas cuaca yang begitu cerah, atas tersedianya  kesempatan bagiku untuk menikmati berkat Tuhan di bidang kegiatan sepeda. Dan pada hari ini,  berani gowes dan sekali gus  PD hatiku meneruskan perjalanan ini.  Tengah hari terasa sejuk, kucari tempat makan di depan perjalanan.








 Kelokan leter U membelah gunung sudah habis. Di depan Bandarbaru  dengan jalan yang lurus menunggu untuk dilalui. Makan dulu dan mengasoh, sebab satu bagian medan berat sudah dapat dilalui dengan penuh sensasi gowes..

Setelah  puas bergowes di jalan lurus meninggalkan Bandarbaru, cari kopi dulu. Selain kopi manis ada juga minuman tuak dengan rasa cukup enak.Sekalian mengaso minumnya santai saja agar dapat  melalap turunan dengan kelok pendek miring ke kiri dan kanan, selepas Sibolangit nanti. Sangat mengoda untuk melepas rem menuju Sembahe,  pemukiman  di kaki gunung dan cendung mendatar sampai di Medan. mulai  dari situ.









Sebelum sampai di Sembahe, ada kelokan manis dengan kecuraman  tajam lepas pandang dengan kenderaan di bawah, yakni di Mata Air Kaban. 

Lepas dari .Jambatan Sembahe, dipilih jalan ke Medan melalui Namorambe. Alasan memilih jalan ini karena teduh dan sepi kenderaan dan bahkan bisa dikatakan hanya satu dua kenderaan yang berpapasan dalam perjalanan. Sedangkan jalan raya Sembahe ke Medan melalui Pancurbatu padat kenderaan alias jalan raya Medan Kabanjahe..




Memang sepi dan hari menjelang senja berat. Empat turunan dan tanjakan sudah dilalui , bila melalui jalan raya tak kan terdapat yang demikian. Jalan raya cenderung datar dan menurun tipis dan kalau ada tanjakan juga tanjakan tipis menjelang Pancurbatu.
Kini sudah berada di bidang datar.Timbul rasa hawatir bila malam tiba pinggiran kota Medan belum tersentuh ban sepeda. Pada hal daerah sangat asing bagi ku hanya aku tahu pasti bahwa  penduduk sepanjang jalan adalah suku yang sama dengan diriku yaitu Suku Karo .
Senja perlahan berjalan dan tenaga sudah gos gosan, ketemu pertigaan yang ramai kenderaan. Kubaja alamat toko di tepi jalan "Johar Medan" Tersenyum hatiku, walau aku belum pernah lewat disitu langsung mencul rasa lapar dan cari minuman beserta gorengan sekalian mengaso beberapa menit.
Persimpangan lampu lalu lintas nanti terus saja, sebelah kiri ada lapangan sepak bola. Begitulah pesan di sibolangit menuntun aku memilih jalur Namorambe. "Polonia lurus, petunjuk di simpang lampu  lalu lintas, rasanya sudah sampai di rumah.. Gowes terus dengan tambahan semangat walau tulang ekor terasa sakit dikit.



Lega hatiku, karena sejak pukul 15.00 wib gowes di daerah asing dan baru bundaran polonia yang lekat di memori. sepuluh menit gowes udah sampe di rumah masa remajaku. Mengaso 15 menit, kuteruskan sensasi gowes hari ini dengan senyum syukur kepada Tuhan . Salam
Gobar Track Sepeda Sipituruang 24 Juni 2012

















Setelah empat bulan lamanya menggoda penikmat sepeda di Tanah Karo, walau awalnya hanya gadis kecil yang tergoda namun secara perlahan dan pasti penikmat sepeda dewasa pun terbuai gowes gobar menikmati kenyamanan gowes di Tanah Karo.

Di awalai trak sepeda Kabanjahe, Berastagi, Simpang Empat kembali ke Kabanjahe pada tanggal 10 Juni 2012 terwujudlah Trek Sepeda Sipituruang pada tanggal 24 Juni 2012. Titik kumpul ex rumah wong Solo (sebelah pintu gerbang Jonif 125) Kabanjahe, Bunuraya, Salit, Ajinembah, Sipituruang, Sukamandi, Ergaji, Tigapanah kembali ke Kabanjahe.
Peserta sipil tiga orang dan Si'mbisa 7 orang takkala ke Berastagi dan rombongan ke Sipituruang, sipil 3 orang dan Si,mbisa 5 orang.

Berita baiknya, kegiatan sepeda di Tanah Karo dipantau oleh B2W Jakarta dan menghimbau agar segera di bentuk b2w Tanah Karo. Semoga.

MJJ, Bujur atas dukungan teman2 semua.